Jumat, 04 Desember 2009

JALAN PANJANG YANG TERINDAH






JALAN PANJANG YANG TELAH KULALUI TAK SEPANJANG HARAPANKU

Mobil itu telah menjadi saksi bisu. Ketika ikhtiar penyembuhanmu selama 4 minggu dari 5 minggu pertama telah membawa sedikit perubahan, hatiku sebenarnya telah merasakan ada seberkas harapan bahwa istriku tidak lama lagi pasti diberi kesembuhan.

Setiap malam kami menyusuri jalan Salatiga-Solo sendirian guna membagi perhatian dan kasih sayang antara dua-anak kami di rumah dan merawat istri yang sedang dalam penyembuhan di klinik herbal Sruwen-Salatiga.

Ketika istriku telah diijinkan pulang tetap dalam pemantauan Dr. Erni dan Dr.Andi yang mempunyai Klinik herbal tersebut. Selama menjalani pengobatan, istriku sangat disiplin dan taat aturan yang semestinya. Semua telah dijalani dengan baik dan ikhlas.
Niat hati kami telah bulat bahwa sembuh dan sehat adalah lebih penting dari apapun. Uang bisa dicari tapi kesempatan untuk sembuh tidak datang dua kali, maka sebanyak apapun permintaan dokter untuk menebus obat-obatan sekuat mungkin kusahakan dan alhamdulillah Alloh memberi jalan keluarnya.

Ujian Alloh ternyata masih berlanjut, setelah 4 minggu di rumah menikmati suasana keluarga yang penuh perhatian dan dukungan teman-teman untuk optimis sembuh, tiba-tiba penyakit yang ada di belahan otak bagian kiri aktif kembali, sehingga terjadi kejang-kejang pada kedua tangannya untuk beberapa menit. Hal ini terjadi dua kali yaitu, saat pagi menjelang saya berangkat kerja dan saat saya tengah mengajar di kelas XII IPA SMANSA sekitar jam 9 pagi.

Hancur hatiku kedua kali setelah diberitahu dokter bahwa, penyakit yang ada di otak belahan kiri istriku aktif kembali. Ya Alloh, kuatkanlah saya, jadikanlah sepasang kaki kecilku ini kuat menopang beban berat yang Engkau cobakan kepadaku.


Segera setelah semua saudara sepakat agar dikonsultasikan ke Dr. Erni kembali, maka segera kubawa istriku dalam kondisi sangat lemah dan diiringi tangis anak-anak ke Salatiga lagi untuk perawatan intensif, namun ternyata Alloh berkehendak lain, penyakit yang diderita istriku semakin berat sehingga perlu obat khusus yang di datangkan dari Rusia ( nasehat Pak Tatang) yang harganya sangat-sangat mahal menurut ukuran saya.

Sepanjang jalan kami saling memohon kesembuhan dan saling menguatkan hati untuk menjalani peran sebagai sepasang hamba yang lemah. Hal inipun tidak membawa perubahan baik, tetapi kondisi istriku semakin lemah dan terus melemah.
Dalam keadaan sangat lemah, akhirnya istriku dibawa Dr. Erni dan P. Tatang ke RS. Yarsis Surakarta untuk penanganan medis.


Mereka setelah menyerahkan ke pihak rumah sakit, juga menyempatkan meminta maaf kepada keluarga kami atas perawatan yang belum berhasil di Kliniknya.

Selama 2 minggu di RS Yarsis, istriku sudah nampak semakin sehat, ingatannya juga menguat, komunikasi lancar, makan lahap dan saya optimis pasti cepat atau lambat akan sembuh.

Kurang sehari menjelang pulang, Dr yang menangani salah memberikan resep, sehingga istriku mengalami alergi atau keracuan sehingga semua kulit di wajahnya memerah dan bengkak-bengkak sungguh sangat kasihan saya melihatnya.

Karena istriku ingin cepat-cepat pulang bertemu Ilham dan Hudan, maka akhirnya diijinkan juga oleh pihak rumah sakit dengan syarat pulang atas permintaan pasien.
Setelah menikmati suasana bersama keluarga selama 1 minggu, kondisi istriku terus menurun dan keluarga sepakat untuk membawa ke RS. Muwardi Surakarta untuk perawatan intensif hingga sembuh.

Selama perawatan di rumah sakit ini, juga ketemu dokter-dokter dari RS Kasih Ibu Surakarta tempat pertama kali istriku terdeteksi sakit pada otak belahan kiri.


Perjalanan panjang yang melelahkan, sangat menguras pikiran, tenaga maupun harta yang kami kumpulkan sedikit-demi sedikit semua telah diambil oleh yang berhak. Tangis anak-anak yang awalnya masih terdengar keras lama-lama menjadi ikut melemah dan tinggal tetesan-tetesan air mata yang mengisyaratkan salam perpisahan bahwa ibunya sudah akan meninggalkan mereka dan tak mau lagi menemani bermain, memandikan, menyuapi, dan menyusui saat-saat menjelang tidur.
Hadiah ulang tahun anakku Ilham Pradipta Hanasti, Kamis, 20 mei 2009 tepat satu hari menjelang istriku dipanggil, "Adik, ibu minta maaf selalu sakit dan dirawat di rumah sakit, sehingga tidak bisa ngeloni adik, dan memberi adik hadiah ulang tahun besuk kalau ibu sudah sembuh adik mau minta mainan apa ? ibu akan mengantarmu ya ? doakan ibu cepat sembuh, adik sayang ibu kan ? adik sayang mas Hudan kan ? Adik sayang Bapak kan ? maka ibu pesan adik nurut ya sama bapak !

Mungkin ini yang namanya ketajaman mata hati seorang anak yang mengungkapkan kata hati yang penuh kepolosan, yaitu Kata-kata yang tak sengaja terucap dari anakku Hudan Pulung Hanasti, di depan Ibu dan bapaknya ketika awal masuk RS Muwardi Surakarta, " Bapak, Bapak dulu di tinggal mati ibuk-e bapak kelas berapa to ?, " Kelas dua SD mas Hudan, ada apa ? jawabku singkat yang tak kuasa menahan kehampaan hidup selama ini tanpa orang-orang yang kusayangi ,apakah akan terulang lagi ya Alloh ?, benakku berbisik.

Tanpa bekal apapun, kuterima kenyataan bahwa istriku tak mungkin kembali benar-benar sebuah kenyataan hidup yang saya belum siap. Sepanjang perjalanan hidupku telah kehilangan orang-orang baik yang mengerti diriku dan sangat sayang dua kali yaitu di saat -saat aku masih sangat mengharapkan kehadirannya.
Semoga permohonan ampun atas dosa yang kita miliki setiap habis sujud bersama terkabulkan ya Dik,dan bimbinganku selama sakaratul maut dapat tepat mengantarmu menuju jiwa yang tenang juga diridloi

Selamat jalan istriku, terimakasih atas baktimu kepada suami mengantarmu menjadi istri sholikhah dan semoga ikhtiarku, keikhlasanku, rasa sayangku, cita-citaku untuk selalu bersamamu selama itu akan dihadiahkan kita lagi kelak di surga , semoga kita terus bersama dan dipertemukan dalam jannah yang abadi berhias anak-anak kita yang sholeh, ya sayangku, doa kami setiap waktu tetap untukmu , semoga kita kelak memiliki jiwa yang mutmainah dan chusnul chotimah,

ya Alloh, dengarkanlah doa kami,
kabulkanlah doa kami ini ya Alloh, amin.

POTRET DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

  Pantai Klayar dan Ata Luhung Hanasti Cerita tentang air laut tiada batas bagi siapapun. Lukisan tentang keindahan yang tertuang melalui tu...