Jumat, 10 Oktober 2014

SEMUA ADALAH PELAJARAN


TINGKAT KEDEWASAAN DIRI
Sesungguhnya,diam-diam ku dapat mengetahui banyak hal. Dengan banyak mendengar, akhirnya aku pun banyak mengetahui sifatmu dan prinsip hidupmu. Kesimpulannya, saya belum menemukan kesamaan jalan pikiran. 

Banyak perbedaan, ya ! Kamu dititipi lebih secara finansial dariku. Akan tetapi kecukupan secara materi mestinya dibarengi sikap kedewasaan untuk menjalani hidup. Namun nampaknya belum terlihat tentang hal ini !  Inilah mungkin yang menyebabkan roda tidak bergerak seirama lagi.

Jika kita terlalu cepat memutuskan, mungkin yang ada hanya perasaan tanpa makna dikemudian hari, karena belum dewasanya kita dalam memandang liku-liku kehidupan berkeluarga yang komplek dan kondisi kita serba berbeda. Saya memang pernah mencoba sabar dan berpikir positif terhadap jalan pikiranmu yang selalu berhitung dalam menjalani hidup, namun tetap saja hati kecilku belum bisa seirama. Mungkin Alloh ingin memilihkan kita seorang yang tepat untuk perjalanan selanjutnya.

MATERI BUKAN TUJUAN AKHIR KITA
Engkau seorang yang relatif sukses, namun apa harapan membangun keluarga dengan seorang guru. Ya kita masih belum sepenuhnya mengerti, bukan ? Coba renungkan sekali lagi, Setelah kamu mengenal diriku cukup waktu, Kira-kira bagaimana memposisikanku jika kelak terbangun sebuah keluarga. Ya, sulit digambarkan dan belum tergambar jelas, bahwa kedepan mau dibawa kemana ! Kewajiban dan hak suami atau istri sepertinya memang harus kita pelajari lebih serius, sebelum semuanya terjadi. 

Saya, sempat terkejut juga, dengan menempatkan materi sebagai prioritas hidup. Sepertinya materi telah dapat mewarnai seluruh jalan berpikir yang begitu sempurna dan menyeluruh. Ukuran kebahagiaan bukannya ditinjau dari jumlah materi dan finansial yang bisa kita kumpulkan,bukan ? Tetapi kesiapan menjalani hidup yang fundamental dan menyeluruh sepertinya lebih utama.

Sesungguhnya kita lebih memilih kehadiran cinta seorang karena hati dan ketulusan untuk saling melengkapi putaran roda kehidupan. Ya, semua adalah sekelumit perjalanan. Semoga pelajaran selama ini dapat menyadarkan kita bahwa sudut pandang kita banyak perbedaan tidak mudah untuk disatukan.

ANAK SEBAGAI CERMIN KITA
Ketika ku sempatkan silaturokhim, ku sempat perhatikan caramu memberikan kasih sayang kepada kedua buah cintamu. Sepertinya belum terbiasa perhatian penuh kepada buah hatinya. Mungkin karena kesibukan yang luar biasa yang telah membentuk karakter seperti itu. 

Kebingungan anak-anak dalam mendapatkan kasih sayang orang tua sangat nampak. Ketidaksamaan langkah dalam mengarahkan anak-anak juga terlihat jelas pada diri mereka.

Mengapa sikap anak-anak bisa seperti itu ? Tentu  bukan karena suatu kebetulan tetapi terjadi karena mungkin sudut pandang orang tua dalam memaknai arti berkeluarga belum sama. Orang tua ingin menunjukkan kehebatan masing-masing dengan caranya kepada anak-anaknya, ini salah satu yang sangat terlihat. 

Perjalanan masih panjang, dan mungkin Alloh hendak memberikan pelajaran agar kita segera kembali menjadi ibu dan ayah bagi anak-anak kita yang semestinya. Terimakasih, kamu telah banyak memberikan pelajaran hidup dan membuatku tambah mengerti dalam memandang makna kehidupan. Maafkan kami atas perbedaan dalam menterjemahkan setiap langkah kehidupan ini yang akhirnya kita belum di ijinkan Alloh untuk melangkah lebih serius !

POTRET DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

  Pantai Klayar dan Ata Luhung Hanasti Cerita tentang air laut tiada batas bagi siapapun. Lukisan tentang keindahan yang tertuang melalui tu...