Kamis, 13 Mei 2010

SATU TAHUN SUDAH KAU TINGGALKANKU



KEMBALI AIR MATAKU MENETES DI PUSARAMU
Satu tahun yang lalu kamu masih mengisi hari-hariku. Pertengahan Mei 2009 lalu kamu masih berharap untuk sembuh dari derita sakitmu. Senyummu pun masih sempat menghiasi wajahmu ketika menyaksikan keceriaan anak-anakmu yang terabadikan dalam handphoneku.

Harapan dapat belajar bersama murid-muridmu lagi, canda-tawa dengan sesama teman guru sma-muhi, berjanji seiring sejalan untuk membesarkan anak-anak bersamaku, semua kata-katamu masih ku ingat sampai detik ini. Saat itu kamu berkata kepadaku sambil terbaring lemah di rumah sakit Muwardi solo. Rasa optimismu untuk segera sembuh dan ketabahanmu selama menjalani sakit sungguh mengetuk kesetiaanku sebagai suami agar dapat membahagiakan istri walau dalam keadaan sedang sakit.

Kurang lebih dua setengah bulan Alloh menguji kesetiaanku, namun semua kujalani dengan ikhlas. ku rawat dirimu dengan sepenuh hatiku, mendampingimu, menunggui di sampingmu, menghiburmu, membimbing doa untuk kesembuhanmu, membimbing sholat berjamaah bersamaku, bercerita saat kita jatuh cinta, dan segala upaya keikhlasanku yang lain yang dapat mempercepat kesembuhanmu semua telah kuberikan untukmu.

Namun saat-saat indah yang nyata berasamamu harus diakhiri, tanpa ku bayangkan secepat itu kamu meninggalkan diriku dan anak-anak dalam kondisi seperti ini. Harapan untuk bersamamu lebih lama lagi kini harus kusimpan sendiri di dasar hatiku. Kesedihanku masih tersisa sampai saat ini. Hanya dengan keikhlasan dan doa untukmu setiap waktu yang dapat menenangkan batinku.

Kemana ku harus mencurahan perasaan kehilanganku ini, kepada siapa kuberbagi akan beban hidupku sekarang ini, adakah jalan yang harus ku tempuh untuk meringankan beban hidupku, kepada siapa anak-anakku mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang dapat membesarkan hatinya, Namun hanya pasrah yang kami lakukan sebagai jawaban, semua kini mengendap di dasar jiwaku yang berteman kesendirian.

Kegalauan hatiku benar-benar nyata, jujur aku sangat merindukan kehadiranmu untuk menjalani hidup ini seperti dulu, namun Alloh lebih berkehendak atas hamba-Nya. Roda hidupku harus berputar seperti ini, menempuh jalan berliku, naik-turun tanpa batas waktu yang kupahami. Aku harus melalui semua ujian ini bersama dua anakku, mampukah kami ya Alloh ?

Ada yang harus ku sembunyikan di balik ketabahanku, sesungguhnya tetesan air mataku tak kunjung berhenti di dua pertiga malam. Dalam sujud panjangku hanya kepasrahan yang bisa kulakukan agar beban di hatiku perlahan-lahan beranjak sirna. Biarkanlah pusaramu ku basuh dengan air mata ini agar jiwaku tenang menjalani pesan-pesanmu sebelum kepergianmu.

Aku dan kedua anakmu selalu menyapamu dalam doa. Semoga sapaan yang indah dan tepat bagi jiwamu hingga membawa tidur panjangmu dalam ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, dan chusnul chotimah. Istriku walau ku tahu keterbatasan jarak dan waktu telah membatasi, ini semua ku yakin atas kehendak-Nya, namun mengertilah bahwa kesetiaanku benar-benar masih ada untukmu hingga tutup usiaku. Selamat jalan istriku, semoga mimpi indah menemani tidur panjangmu, dan esuk kita dipertemukan lagi bersama anak-anak kita di surga, amien. Jumat, 21 Mei 2010, suamimu

POTRET DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

  Pantai Klayar dan Ata Luhung Hanasti Cerita tentang air laut tiada batas bagi siapapun. Lukisan tentang keindahan yang tertuang melalui tu...