Melalui tulisan sederhana
ini, penulis ingin menginspirasi pembaca agar bisa memahami dan memaknai konsep fisika
melalui pendekatan multi dimensi kehidupan setiap orang. Setiap pembaca berhak memaknainya dengan sudut
pandangnya sendiri. Proyeksikanlah setiap fenomena alam yang dijumpai ke dalam diri
sehingga bermanfaat bagi kehidupan bersama. Jadikanlah alam sebagai teman, sahabat, buku
pelajaran hidup dan guru setia yang ilmunya tidak pernah kering diterpa
perubahan. Jika ada persamaan matematis dalam tulisan ini, tujuannya hanya untuk
mepermudah penyampaian maksud kepada pembaca, bukan mengajak pembaca larut
dalam perhitungan yang menyiksa rasa dan pikiran.
Selamat membaca dan semoga
terinspirasi !
EMBUN JIWA
Fisika merupakan sekumpulan konsep tentang fenomena alam yang
dipetik melalui tahapan-tahapan yang teruji kebenarannya. Kehidupan
merupakan sekumpulan nada dan warna
yang menyertai proses perjalanan hidup seseorang. Sedangkan dinamika merupakan
perubahan yang terus terjadi namun tetap dalam keteraturan. Jadi dinamika fisika
kehidupan merupakan kristalisasi hasil proses perenungan panjang seorang guru
fisika tentang alam dengan segenap fenomenanya yang berkaitan dengan
kehidupanya. Alam dengan keteraturannya dia jadikan sumber inspirasi sekaligus
maha guru baginya. Nada dan warna kehidupan silih berganti selalu menemani dan menghiasi
perjalanan hidupnya. Tetes demi tetes embun kehidupan pun satu per satu hadir, membias
dan mengendap ke dasar jiwanya. Dinamika kehidupan terus meluruh pelan memaknai
setiap butiran embun yang membasuh jiwanya yang masih terasa redup dan kering.
Hingga tak ada satupun ruang di dalam jiwanya yang tersisa tanpa tersapu kilauan
cahaya embun yang penuh makna.
BIAS KALBU
Rupanya bahagia sekali dia
menjadi guru fisika, setiap kali alam menjatuhkan butiran-butiran mutiaranya yang
mampu membersihkan debu-debu kegelapan yang sekian lama menempel di dinding
jiwa dan menutup mata hatinya. Perlahan pintu-pintu kesadarannya mulai terbuka untuk
menerima sinar-sinar keindahan alam yang penuh warna. Simpul-simpul cahaya terasa
menyusup dan menerangi setiap ruang jiwanya yang masih terkungkung kegelapan. Dibiarkan
setiap warna cahaya yang masuk menghiasi ruang batinnya. Semua proses dibiarkan
mengalir ke dalam hidupannya tanpa rekayasa dan keluh-kesah yang diada-ada. Rasa
syukur yang dalam sebagai guru rupanya telah dia temukan di setiap saat tanpa
terbatas ruang dan waktu.
INDAHNYA BERBAGI
Dia ingin hidupnya lebih berarti
bagi banyak orang. Dengan prinsip, “Hidup berbagi itu indah”, maka dia dayung
perahu kehidupan agar dua, tiga pulau terlampaui. Dia berikan apa saja yang dimiliki
dan yang bisa dia kerjakan kepada sesama. Sewaktu mengajar dia hiasi setiap
konsep fisika menjadi ilmu yang mudah dipahami oleh siapapun tanpa harus
mendalami konsep fisika terlebih dulu. Setiap rumus yang tersampaikan selalu
dia kaitkan dengan esensi kehidupan siswanya. Dia berikan seribu pengalamannya
yang tak ternilai sebagai lentera bagi perjalanan siswanya yang merasa
terbelenggu oleh gelapnya konsep kehidupan. Melalui cahaya lentera kehidupan
itulah dia terangi setiap langkah kaki siswanya agar menapak di jalan yang
seharusnya dilalui. Meskipun jalan itu cukup panjang dan bercabang-cabang, dia
tetap sabar berada bersama siswanya. Dia berharap agar semua siswanya tidak
tersesat di persimpangan jalan. Demi massa depan bangsa ini dia luruhkan sisa
hidupnya dengan memaknai setiap perbedaan yang terjadi. Dia menyadari bahwa
kita ada karena perbedaan. Sikapilah setiap perbedaan yang ada sebagai penyedap
rasa kehidupan kita bersama. Jika setiap kita menyadari akan hal ini tentu kita
semakin memahami bahwa makna hidup berbagi itu memang indah untuk siapapun.
DINAMIKA KEHIDUPAN
Sambil mengayun langkah
bersama siswanya dia bercerita tentang esensi kehidupan yang penuh dinamika. Dia
tanamkan nilai-nilai kesabaran ke dalam jiwa setiap siswanya agar tidak mudah
mengeluh karena nakalnya batu kerikil yang suka menyelinap di sela-sela jari
kaki. Sambil bercanda dia hibur siswanya agar terus melangkah dan jangan terbersit
untuk berhenti karena kesulitan yang menghalangi. Dia tegaskan bahwa untuk
mencapai ujung jalan kehidupan yang penuh pesona tidak cukup dijawab dengan berdiam
diri sambil berselimut hayalan. Berbuatlah yang nyata, bukan berpangku tangan seperti
pungguk merindukan bulan jatuh di pangkuannya. Berjuanglah di jalan yang sedang
kalian lalui sekarang ini meskipun harus merangkak. Awal kalian ada di rahim
ibumu sudah diajarkan arti perjuangan hidup. Sekarang saatnya yang tepat untuk
memulai perubahan dalam kehidupan kalian. Dia meyakinkan siswanya agar menyadari
bahwa di balik kesulitan itu ada kemudahan. Jika kalian tetap memutuskan untuk
berhenti sebagai jawaban dari setiap kesulitan hidup maka saat itu pula kalian
sudah mati dalam hidup. Padahal kehidupan di alam ini berubah secara dinamis,
jika kalian tidak mau berubah lebih baik maka perubahan itu akan tetap merubah
kehidupanmu dengan caranya.
PUISI CINTA
Dari pengalaman selama
menjadi guru fisika, ternyata tidak semua siswa jatuh cinta pada fisika. Dia
sering menemukan tatapan mata siswanya yang tidak fokus saat penjelasan konsep berlangsung.
Sepertinya mereka terbersit kehampaan dan ingin segera berlalu menghindarinya. Ketenangan
batin mereka mulai terusik dan tidak nyaman saat dihadapkan pada simbol dan
angka yang berbaris rapi di papan tulis. Dalam benak mereka berkata, tidak lama
kemudian pasti ada yang disuruh maju mengerjakan soal yang ditanyakan. Dalam suasana tidak menentu tersebut, kondisi kelas
menjadi hening berselimut kecemasan di setiap siswanya. Konsep-konsep fisika yang
baru saja dijelaskan dan mereka bangun bersama seakan musnah tanpa sisa
sedikitpun. Mereka baru bisa tersenyum dan bernafas lega jika sudah ada pengorbanan
salah satu siswa yang maju dan berhasil menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan soal tersebut. Mencintai dan dicintai adalah urusan rasa yang timbul dan
tenggelam tanpa melibatkan logika. Semua terjadi secara spontan berdasar kesan pertama
yang didengar atau dilihatnya. “Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke
hati” begitulah pepatah mengatakan. Ketertarikan terhadap sesuatu adalah titik
pangkal tumbuhnya benih-benih cinta. Oleh karena itu bagaimana cara seorang
guru fisika bisa menghiasi ilmu fisika menjadi sepenggal puisi yang
menginspirasi, mudah diingat dan indah ketika dibacakan siapapun.
ALAM GURUKU
Belajar mendalami konsep
fisika memang memerlukan ilmu matematis dari tingkat sederhana sampai dengan
yang rumit. Setiap tahapan tersebut harus dikuasai dengan baik. Hubungan
sebab-akibat terjadinya fenomena alam haruslah dikaji alur peristiwanya dengan
benar. Jika kebenarannya sudah terbukti maka ditulislah konsep tersebut dalam
bentuk simbol dan persamaan matematis. Tujuan dari penulisan seperti itu untuk menyederhanakan
cerita dan memudahkan konseptor untuk mengkomunikasikan kepada banyak orang.
Fisika dan matematika seperti sepasang sayap burung yang sedang terbang.
Keduanya saling bersinergi menghalau mendung-mendung yang sering menghalangi
sapaan hangat sang mentari kepada setiap hamba yang mengharap sinarnya sampai
ke bumi. Sehingga setiap penghuni di muka
bumi dapat merasakan pencerahan untuk memaknai kehidupannya. Oleh karenanya
selaras dengan pendapat orang tentang, “Life long education”, yang berarti
setiap diri manusia tanpa kecuali harus belajar apa saja dengan caranya dan
sebatas kemampuannya. Karena dengan kedalaman ilmu yang dipelajari akan mewarnai
sikap hidupnya. Oleh karena itu bergurulah pada orang yang tepat untuk membaca
fenamena alam dengan sudut penglihatan yang melebihi ambang batas manusia pada
umumnya. Baca, baca, dan bacalah setiap lukisan alam yang terbentang di depan
mata ini ! Lihat dan maknai setiap goresan alam dengan mata hati, samakan setiap
detak suara alam ini dengan ritme denyut nadi kita hingga suatu saat alam akan bersinergi
ke dalam diri kita untuk bersama merasakan sinyal-sinyal kebesaran hakiki-Nya.
MATI DALAM HIDUP
Melalui perenungan yang
cukup di sela-sela kesibukan sebagai guru fisika, ternyata sudah cukup jauh kakinya melangkah di
jalan kehidupan yang penuh warna. Dengan kedua telapak kaki kecilnya dia terus melangkah
sambil mensyukuri halus dan kasarnya jalan kehidupan. Dia terus beranjak
meninggalkan ruang dan waktu dengan membawa amanah yang telah digariskan pada
pundaknya menuju ujung jalan kehidupan yang lebih bermakna. Tak terlintas dalam
benaknya untuk berhenti melangkah walaupun sejenak, karena dia tidak ingin mati
dalam hidupnya. Dia sangat memahami bahwa setiap kesempatan tidak akan pernah
datang dua kali. Perasaan suka-duka silih berganti mewarnai ruang batinnya
namun tekadnya untuk terus melangkah tidak bisa dihentikan. Dia tidak ingin
stagnan dalam sisa-sisa hidupnya. Yang dia inginkan agar setiap muridnya segera
merasakan indahnya sinar mentari di ujung jalan kehidupan. Mereka bisa bernafas
lega karena terlepas dari belenggu kegelapan lorong panjang yang menyelimuti jiwa
mereka selama ini.
FATAMORGANA
Untuk mengumpulkan bekal
perjalanan yang cukup jauh itu benar-benar tidak mudah. Ingin setiap orang
efektif dalam menjalani hidupnya. Semua bisa dijalani sepenuh rencana. Tetapi
kenyataannya, banyak kesempatan yang terlewatkan dengan sia-sia. Mata tak mampu
membaca sinyal-sinyal kehidupan dengan baik. Telinga tak mampu membedakan nada
indah dan sumbang yang menyusup ke dalam syaraf pendengarannya. Kaki sering
melangkah di atas jalan yang tidak jelas pangkal ujungnya. Tangan menggapai
semua hal yang disenangi tanpa mendengarkan suara hati. Semua yang kita miliki belum
bersinergi untuk menghalau bisikan-bisikan yang menyesatkan dan berbalut
keindahan semu. Padahal semua kenikmatan yang dirasakan ini adalah penuh
fatamorgana dan terbatas waktu berlakunya. Jangan merasa yakin masih ada
harapan hidup esuk hari karena berapa sisa umur yang kita miliki adalah
misteri. “Aku ingin hidup seribu tahun lagi” boleh saja sekedar untuk memompa semangat
hidup tetapi jangan berlebihan. Karena persepsi seperti itu sering membawa kita
menunda-nunda pekerjaan dan lupa mengisi waktu dengan aktivitas yang
bermanfaat.
PASTI PULANG
Apa yang bisa dibawa
pulang nanti jika kualitas hidup yang dilakukan masih belum jelas arah dan
tujuannya sampai detik ini. Sudah bisakah kita berada dalam diam tetapi tidak
merasa sepi. Bisakah kita berada di tengah keramaian tetapi tidak merasa terganggu.
Sudah bisakah kita berpikir di tengah perbedaan tetapi tetap merasa bahagia dalam
keseimbangan bersama. Jika semua itu belum bisa terjawab dengan baik maka segeralah
merunduk dan bersujud karena itulah jalan menuju kehidupan hakiki yang akan
dilalui. Jangan ada rasa takut lagi, jika
memang bekalmu sudah lebih dari cukup untuk pulang.
MUTIARA HATI
Terlihat sepintas tidak ada yang istimewa padanya, hanyalah seorang
pedagang sayur lesehan di tepi jalan kampung yang tidak terlalu ramai lalu
lintasnya. Ia tata rapi semua barang dagangannya di atas meja bambu setengah rapuh.
Sepertinya ia memahami karakter ibu-ibu di daerah perumahan alam indah yang cukup
padat aktivitasnya. Ia pun bisa membaca pikiran ibu-ibu di lingkungan tersebut yang
tidak cukup waktu untuk pergi belanja ke pasar tradisional yang jaraknya
relatif jauh. Suatu keputusan yang tepat baginya untuk berjualan di dekat
mereka tinggal sebagai ikhtiar seorang hamba untuk menemukan pintu rizkynya. Ia
jalani semua aktivitasnya dengan penuh amanah. Kejujuran dan ketulusan hatinya
terpancar jelas di balik pelayanan kepada setiap pembelinya. Rupanya bertambah satu
pintu rizky lagi yang telah dibukakan untuknya. Pintu rizky yang ia cari sejak
awal pertama menjadi penjual sayur di tempat itu. Satu mutiara berharga yang dapat
dipetik, bahwa besar dan kecilnya keuntungan dari hasil penjualan sayur bukanlah
tujuan akhir baginya. Karena secara matematis, dengan dagangan yang ala
kadarnya tentu keuntungan yang diterimanya sebatas cukup dan jauh dari harapan.
Untuk untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya belum tentu cukup. Belum lagi
masih menanggung warna hidup kedua orang tuanya yang memasuki usia senja. Namun
kenyataannya mereka masih bisa merasakan hikmah di balik rasa syukur yang ada
padanya itu. Ia hiasi layar kehidupan
setiap harinya bersama suaminya. Bersenandung bersama tentang harmoni alam yang
setia menemani hari-harinya sebagai penjual sayur. Berdua mereka manatap cahaya
kemuliaan. Bersepeda mereka menghirup nafas kehidupan tanpa mencela setiap
kekurangan yang ada. Menjadi penjual sayur hanyalah salah satu sarana mengharap
ridho-Nya. Rizky yang mereka nikmati bukanlah uang keuntungan dari penjualan
sayur. Rizky yang mereka nikmati mutlak milik-Nya yang diberikan kepada setiap
hamba yang mau mencari peluang untuk menemukan pintu-pintu rizky-Nya. Pintu-pintu
kemurahan yang ada di nuansa jiwa setiap hamba-Nya, terhampar di muka bumi dan
yang menggantung di langit-langit cakrawala. Belum yakinkah kita ? Lihatlah
cicak yang tak bersayap bisa makan bukan karena usahanya, tetapi sang
Penciptalah yang menggerakkan naluri nyamuk untuk terbang mendekatinya. Mereka bertransaksi
tanpa perantara uang namun mereka bisa saling menjalani peran masing-masing
dalam kehidupannya.