Selasa, 06 Juli 2010

HATIKU TINGGAL DI CEPU

  KUTERLAHIR DI KOTA INI Meskipun wajah kota telah berubah, namun nuansa cepu tempo doeloe masih kental menghias wajah kota tempat kelahiranku.Ku ukir masa kecilku bersama kedua orang tuaku yang selalu sayang dan membangun pondasi akhlak pada diriku. Hari-hariku penuh warna,semua berjalan penuh kepolosan dan jauh dari rekayasa budaya dan kontaminasi akidah. SEPEDA TUA Menyusuri jalan setapak yang sepi dan damai yang besanding erat sepanjang rel kereta tua tinggalan kolonial, terkadang naik sepeda tua pemberian ayahku ku hiasi masa kecilku dengan seribu keindahan. Di waktu pagi-siang serta sore hari,kedua kaki kecilku tak henti-hentinya mengayuh sepeda tua kesayanganku menuju bangunan kecil tempatku belajar menulis,membaca,dan berhitung atau tempat kawan sebayaku. Seiring waktu berlalu, tumbuhlah harapan yang begitu kuat dalam diriku bahwa suatu saat masa depanku akan bahagia. Terlebih lagi jika ingat pesan kedua orang tuaku agar diriku tidak mudah putus asa dalam setiap usaha dan selalu sayang sesama walau bagaimanapun sikap orang lain terhadapku semakin terpatri kuat dalam diriku untuk mewujudkan impianku. ARTI KEBERSAMAAN BAGIKU Tibalah kini diriku sebagai wanita dewasa dalam segalanya, yang penuh warna dalam menjalani kehidupan. Entahlah, sepeda ontel dan rel tua tinggalan kolonial yang tidak jauh dari rumahku telah mengukir kehidupanku dan selalu menginspirasi hidupku untuk selalu bersikap baik kepada setiap orang, peka akan perasaan hati sesama. Walaupun demikian sikapku terhadap sesama,namun semua itu tak menghapuskan jati diriku yang telah tertanam selama ini. Mungkin inilah hikmahnya, mengayuh sepeda setiap hari menyusuri jalan berliku, penuh batu yang tajam menggores sepanjang perjalananku. "Baru sedikit ini kenangan yang bisa kuceritakan mas", dia berkata agak malu kepadaku.

POTRET DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

  Pantai Klayar dan Ata Luhung Hanasti Cerita tentang air laut tiada batas bagi siapapun. Lukisan tentang keindahan yang tertuang melalui tu...